Jumat, 28 September 2012

jajanan ini kurang diminati banyak orang apalagi anak-anak jaman kini.. nah,,,kini kami info kan lagi makanan khas dari jember ini..mungkin ajah,,kalian semua minat untuk mencoba resepnya.. selamat mencoba!!



                            Resep camilan suwar-suwir 
                  

Bahan yang diperlukan :


- 50 gram tepung beras
- 500 gram tepung ketan
- 100 gram tape masak
- 750 ml susu cair
- 250 gram ula merah
- 300 gram gula pasie
- Garam 2/3 sendok teh
- 1 gelas santan kental

Proses membuat suwir-suwir :
Campurkan tepung beras, tepung ketan, tape, garam, lalu sisihkan. Kemudian masak gula merah, gula pasir dan susu cair, lalu disaring. Setelah itu masukkan ke dalam campuran tepung ketan. Aduk terus hingga menjadi bubur. Tuang santan kental sedikit demi sedikit. Aduk terus hingga kental dan keluar minyak. Angkat. Terakhir cetak dalam loyang, terus dinginkan dan dipotong-potong.

A. Selayang Pandang
Nama penganan ini cukup unik di telinga: suwar-suwir. Meskipun demikian, jangan anggap remeh cemilan yang satu ini. Suwar-suwir justru menjadi salah satu ikon kuliner khas Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Selain dikenal sebagai Kota Santri dan Kota Seribu Bukit, Jember juga dikenal sebagai Kota Suwar-suwir. Pembuatan suwar-suwir menggunakan bahan dasar tape, padahal tape merupakan produksi khas Kabupaten Bondowoso yang bersebelahan dengan Kabupaten Jember. Lantas, bagaimana ceritanya hingga kemudian Jember mempunyai makanan khas berbahan dasar tape yang bernama suwar-suwir?
Menurut catatan sejarah, Jember adalah sebuah kawasan yang masih relatif muda belia bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di sekitarnya, termasuk tetangga sebelah yakni Bondowoso. Pada masa pendudukan Belanda, tepatnya pada tahun 1798, jumlah penduduk di Bondowoso sudah tercatat lebih dari 8.000 juta jiwa. Jumlah ini melambung pada tahun 1920 di mana jumlah penduduk Bondowoso sudah mencapai angka 40.000 juta jiwa. Kenaikan jumlah penduduk Bondowoso yang terbilang signifikan ini terjadi karena adanya gelombang migrasi dari Madura. Hal yang sama juga dialami oleh beberapa tetangga Jember yang lain, semisal Besuki dan Panarukan.
Sementara itu, Jember masih berkutat dengan predikat kota sepi karena perkembangan laju jumlah penduduknya memang belum mengalami perkembangan yang berarti. Penduduk yang mendiami wilayah ini terhitung masih sangat sedikit. Sampai dengan tahun 1858 saja, penduduk yang bermukim di Jember tercatat hanya sebanyak 21.215 jiwa, dengan luas wilayah Jember yang diperkirakan seluas 3.234 kilometer persegi.
Nah, kemunculan makanan yang kemudian dikenal dengan nama suwar-suwir diperkirakan berawal dari hasil akulturasi budaya, termasuk bahan pangan, orang-orang Jember yang berkunjung ke daerah-daerah di sekitar Jember, termasuk Bondowoso yang memang sudah terkenal sebagai kawasan penghasil ketela yang
merupakan bahan dasar untuk membuat tape. Tape inilah yang menjadi bahan utama pembuatan suwar-suwir yang kemudian menjadi makanan khas Jember hingga sekarang. Boleh dibilang, suwar suwir adalah salah satu dari beberapa produk akulturasi yang memiliki bentuk dan makna tersendiri karena telah melewati proses kreativitas.
Sebelum suwar-suwir berhasil diciptakan dan diproduksi, orang-orang Jember terlebih dulu berdagang singkong yang didatangkan misalnya dari Bondowoso. Industri kecil-kecilan itu kemudian berlanjut pada pengolahan ketela pohon menjadi makanan lain, seperti tape singkong. Suwar-suwir sendiri konon tercipta berkat proyek coba-coba untuk memanfaatkan sisa-sisa singkong yang ternyata cukup banyak meskipun sudah diolah menjadi tape. Pada zaman dulu, suwar-suwir juga dikenal dengan sebutan kue siwir-siwir, namun ada juga yang menyebutnya dengan nama Nangka Belanda. Sekadar catatan, Nangka Belanda adalah sebutan lokal untuk menamakan buah sirsak.
Di masa kolonial Hindia Belanda, suwar-suwir memang identik sebagai penganan bercita rasa sirsak dan menjadi kegemaran orang-orang Belanda yang ada di Jember. Mulanya, makanan ringan ini bertekstur lunak, dan untuk memakannya harus disobek kecil-kecil atau disuwir-suwir, dan kuat dugaan, dari cara inilah kemudian muncul penamaan suwar-suwir. Daging buah sirsak menjadi biang utama mengapa makanan ini lantas dijuluki sebagai suwar-suwir. Adonan olahan ketela pohon yang dicampur dengan buah sirsak jika memadat akan terlihat tekstur daging sirsaknya sehingga harus disuwir-suwir atau dicuil-cuil terlebih dulu untuk memakannya. Pada perkembangan selanjutnya, suwar-suwir mengalami modifikasi bentuk dan bertesktur lebih padat.
B. Keistimewaan
Sepintas ringkas, wujud suwar-suwir hampir serupa dengan dodol. Bedanya, suwar-suwir memakai tape dari ketela pohon sebagai bahan utamanya dan berwujud lebih padat ketimbang dodol yang lunak dan kenyal. Kendati terbuat dari tape, namun kesan aroma tape yang menyengat nyaris tidak terasa. Selain menggunakan tape singkong, bahan-bahan pendukung lainnya dalam pembuatan suwar-suwir antara lain buah sirsak, telur ayam dan gula. Citarasa manis suwar-suwir sederhana tetapi tetap mengena. Selain itu, masih ada paduan rasa lainnya yang meramaikan rasa unik suwar-suwir. Harmonisasi rasa manis, legit, asam, dan lembut, berpadu dalam satu kemasan suwar-suwir.
Seiring dengan perkembangan zaman yang selaras dengan permintaan pasar, suwar-suwir tidak hanya melulu menyajikan rasa sirsak. Sekarang, kita dapat menemukan suwar-suwir dengan rasa yang lebih variatif, sebut saja rasa nangka, nanas, strowberry, durian, kelapa muda, kacang hijau, bahkan keju, susu, coklat, dan berbagai macam pilihan rasa lainnya.
Meskipun tidak hanya memakai daging buah sirsak lagi, tapi suwar-suwir hasil modifikasi tetap bisa disuwir-suwir. Rasanya pun tidak kalah nikmat dengan suwar-suwir yang versi orisinil, tetap manis dan legit di lidah. Salah satu keistimewaan suwar-suwir adalah cara pembuatannya yang masih manual, belum menggunakan mesin yang justru dimungkinkan bisa merusak citarasa aslinya. Namun, meskipun belum mengenal teknologi mesin modern dan tidak bersentuhan dengan bahan pengawut, suwar-suwir tetap istimewa karena bisa bertahan hingga 9
(sembilan) bulan lamanya.
C. Lokasi
Suwar-suwir sudah menjadi ikon kuliner Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah sulit bagi Anda untuk menemukan makanan tradisional ini di Jember. Suwar-suwir mudah sekali ditemukan di toko-toko yang banyak terdapat di seantero Kota Jember, terlebih lagi di sentra penjualan oleh-oleh khas Jember. Selain itu, Anda juga dapat membeli jajanan khas ini di pasar tradisional maupun di supermarket yang ada di Jember dan sekitarnya. Harap dicatat, sekarang ini suwar-suwir telah dijual dalam berbagai macam kemasan dan beragam pilihan merk dagang.
D. Harga

Harga suwar-suwir mengalami situasi yang tidak menentu tergantung peningkatan atau penurunan harga bahan baku dan bahan pendukungnya. Namun, jika diambil angka rata-rata, harga perkilogram suwar-suwir adalah antara Rp15.000 - Rp20.000 (2010).




1 komentar: