Resep
camilan suwar-suwir
Bahan yang diperlukan :
- 50 gram tepung beras
- 500 gram tepung ketan
- 100 gram tape masak
- 750 ml susu cair
- 250 gram ula merah
- 300 gram gula pasie
- Garam 2/3 sendok teh
- 1 gelas santan kental
Proses membuat suwir-suwir :
Campurkan tepung beras, tepung
ketan, tape, garam, lalu sisihkan. Kemudian masak gula merah, gula pasir dan
susu cair, lalu disaring. Setelah itu masukkan ke dalam campuran tepung ketan.
Aduk terus hingga menjadi bubur. Tuang santan kental sedikit demi sedikit. Aduk
terus hingga kental dan keluar minyak. Angkat. Terakhir cetak dalam loyang,
terus dinginkan dan dipotong-potong.
A. Selayang Pandang
Nama penganan ini cukup unik di
telinga: suwar-suwir. Meskipun demikian, jangan anggap remeh cemilan yang satu
ini. Suwar-suwir justru menjadi salah satu ikon kuliner khas Kabupaten Jember,
Provinsi Jawa Timur. Selain dikenal sebagai Kota Santri dan Kota Seribu Bukit,
Jember juga dikenal sebagai Kota Suwar-suwir. Pembuatan suwar-suwir menggunakan
bahan dasar tape, padahal tape merupakan produksi khas Kabupaten Bondowoso yang
bersebelahan dengan Kabupaten Jember. Lantas, bagaimana ceritanya hingga kemudian
Jember mempunyai makanan khas berbahan dasar tape yang bernama suwar-suwir?
Menurut catatan sejarah, Jember adalah
sebuah kawasan yang masih relatif muda belia bila dibandingkan dengan
daerah-daerah lain di sekitarnya, termasuk tetangga sebelah yakni Bondowoso.
Pada masa pendudukan Belanda, tepatnya pada tahun 1798, jumlah penduduk di
Bondowoso sudah tercatat lebih dari 8.000 juta jiwa. Jumlah ini melambung pada
tahun 1920 di mana jumlah penduduk Bondowoso sudah mencapai angka 40.000 juta
jiwa. Kenaikan jumlah penduduk Bondowoso yang terbilang signifikan ini terjadi
karena adanya gelombang migrasi dari Madura. Hal yang sama juga dialami oleh
beberapa tetangga Jember yang lain, semisal Besuki dan Panarukan.
Sementara itu, Jember masih berkutat
dengan predikat kota sepi karena perkembangan laju jumlah penduduknya memang
belum mengalami perkembangan yang berarti. Penduduk yang mendiami wilayah ini
terhitung masih sangat sedikit. Sampai dengan tahun 1858 saja, penduduk yang
bermukim di Jember tercatat hanya sebanyak 21.215 jiwa, dengan luas wilayah
Jember yang diperkirakan seluas 3.234 kilometer persegi.
Nah, kemunculan makanan yang kemudian
dikenal dengan nama suwar-suwir diperkirakan berawal dari hasil akulturasi
budaya, termasuk bahan pangan, orang-orang Jember yang berkunjung ke
daerah-daerah di sekitar Jember, termasuk Bondowoso yang memang sudah terkenal
sebagai kawasan penghasil ketela yang
merupakan
bahan dasar untuk membuat tape. Tape inilah yang menjadi bahan utama pembuatan
suwar-suwir yang kemudian menjadi makanan khas Jember hingga sekarang. Boleh
dibilang, suwar suwir adalah salah satu dari beberapa produk akulturasi yang
memiliki bentuk dan makna tersendiri karena telah melewati proses kreativitas.
Sebelum suwar-suwir berhasil diciptakan
dan diproduksi, orang-orang Jember terlebih dulu berdagang singkong yang
didatangkan misalnya dari Bondowoso. Industri kecil-kecilan itu kemudian
berlanjut pada pengolahan ketela pohon menjadi makanan lain, seperti tape
singkong. Suwar-suwir sendiri konon tercipta berkat proyek coba-coba untuk
memanfaatkan sisa-sisa singkong yang ternyata cukup banyak meskipun sudah
diolah menjadi tape. Pada zaman dulu, suwar-suwir juga dikenal dengan sebutan
kue siwir-siwir, namun ada juga yang menyebutnya dengan nama Nangka Belanda.
Sekadar catatan, Nangka Belanda adalah sebutan lokal untuk menamakan buah
sirsak.
Di masa kolonial Hindia Belanda,
suwar-suwir memang identik sebagai penganan bercita rasa sirsak dan menjadi
kegemaran orang-orang Belanda yang ada di Jember. Mulanya, makanan ringan ini
bertekstur lunak, dan untuk memakannya harus disobek kecil-kecil atau
disuwir-suwir, dan kuat dugaan, dari cara inilah kemudian muncul penamaan
suwar-suwir. Daging buah sirsak menjadi biang utama mengapa makanan ini lantas
dijuluki sebagai suwar-suwir. Adonan olahan ketela pohon yang dicampur dengan
buah sirsak jika memadat akan terlihat tekstur daging sirsaknya sehingga harus
disuwir-suwir atau dicuil-cuil terlebih dulu untuk memakannya. Pada
perkembangan selanjutnya, suwar-suwir mengalami modifikasi bentuk dan
bertesktur lebih padat.
B. Keistimewaan
Sepintas ringkas, wujud suwar-suwir
hampir serupa dengan dodol. Bedanya, suwar-suwir memakai tape dari ketela pohon
sebagai bahan utamanya dan berwujud lebih padat ketimbang dodol yang lunak dan
kenyal. Kendati terbuat dari tape, namun kesan aroma tape yang menyengat nyaris
tidak terasa. Selain menggunakan tape singkong, bahan-bahan pendukung lainnya
dalam pembuatan suwar-suwir antara lain buah sirsak, telur ayam dan gula.
Citarasa manis suwar-suwir sederhana tetapi tetap mengena. Selain itu, masih
ada paduan rasa lainnya yang meramaikan rasa unik suwar-suwir. Harmonisasi rasa
manis, legit, asam, dan lembut, berpadu dalam satu kemasan suwar-suwir.
Seiring dengan perkembangan zaman yang
selaras dengan permintaan pasar, suwar-suwir tidak hanya melulu menyajikan rasa
sirsak. Sekarang, kita dapat menemukan suwar-suwir dengan rasa yang lebih
variatif, sebut saja rasa nangka, nanas, strowberry, durian, kelapa muda,
kacang hijau, bahkan keju, susu, coklat, dan berbagai macam pilihan rasa
lainnya.
Meskipun tidak hanya memakai daging
buah sirsak lagi, tapi suwar-suwir hasil modifikasi tetap bisa disuwir-suwir.
Rasanya pun tidak kalah nikmat dengan suwar-suwir yang versi orisinil, tetap
manis dan legit di lidah. Salah satu keistimewaan suwar-suwir adalah cara
pembuatannya yang masih manual, belum menggunakan mesin yang justru
dimungkinkan bisa merusak citarasa aslinya. Namun, meskipun belum mengenal
teknologi mesin modern dan tidak bersentuhan dengan bahan pengawut, suwar-suwir
tetap istimewa karena bisa bertahan hingga 9
(sembilan) bulan lamanya.
C. Lokasi
Suwar-suwir sudah menjadi ikon kuliner
Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah
sulit bagi Anda untuk menemukan makanan tradisional ini di Jember. Suwar-suwir
mudah sekali ditemukan di toko-toko yang banyak terdapat di seantero Kota
Jember, terlebih lagi di sentra penjualan oleh-oleh khas Jember. Selain itu,
Anda juga dapat membeli jajanan khas ini di pasar tradisional maupun di
supermarket yang ada di Jember dan sekitarnya. Harap dicatat, sekarang ini
suwar-suwir telah dijual dalam berbagai macam kemasan dan beragam pilihan merk
dagang.
D. Harga
Harga suwar-suwir mengalami situasi
yang tidak menentu tergantung peningkatan atau penurunan harga bahan baku dan
bahan pendukungnya. Namun, jika diambil angka rata-rata, harga perkilogram
suwar-suwir adalah antara Rp15.000 - Rp20.000 (2010).